fenomena FOMO (Fear of Missing Out) semakin terasa kuat. Jika kamu sering merasa cemas melihat teman-temanmu beraktivitas seru tanpa kamu, atau merasa tertinggal saat tidak mengikuti tren terbaru, maka kamu sedang mengalami FOMO. Di sini, aku bakal berbagi pengalaman tentang bagaimana lifestyle fenomena FOMO ini bisa memberi dampak besar pada kesehatan mental, dan yang lebih penting, bagaimana halodoc cara kita menghadapinya.
Contents
Apa Itu Fenomena FOMO?
Buat aku, fenomena FOMO pertama kali terasa ketika media sosial mulai berkembang pesat. Dulu, aku merasa santai dengan hidupku, tapi begitu Instagram dan Twitter mulai menggeliat, semua orang terlihat punya kehidupan yang lebih seru, lebih menarik, dan lebih ‘berarti’. Kadang, aku merasa ketinggalan, entah itu acara seru yang diadakan teman atau momen keren yang diposting oleh orang yang aku ikuti. Nah, itu dia, aku merasakan apa yang disebut dengan fenomena FOMO.
Fenomena FOMO bukan cuma sekadar rasa ingin tahu atau sekadar rasa ingin ikut serta. Ini lebih dalam, seperti perasaan cemas bahwa kita akan kehilangan kesempatan berharga atau bahwa hidup kita tidak cukup menarik jika dibandingkan dengan apa yang orang lain tampilkan di media sosial. Seiring waktu, FOMO bisa berkembang menjadi gangguan mental yang lebih serius, seperti kecemasan dan stres berlebihan.
Dampak FOMO pada Kesehatan Mental
Aku sendiri sempat merasa khawatir tentang dampak fenomena FOMO pada kesehatan mentalku. Ternyata, perasaan cemas yang terus-menerus ini bisa merusak mood dan menyebabkan rasa tidak puas yang terus berkembang. Mungkin kamu pernah merasa, “Kenapa mereka selalu punya waktu untuk jalan-jalan, tapi aku nggak bisa?” Nah, itu adalah bagian dari FOMO yang bisa mengarah ke depresi ringan, perasaan tidak cukup baik, dan bahkan ketidakmampuan untuk menikmati momen yang sedang kita jalani.
Banyak orang, termasuk aku, yang merasa harus terus-menerus ‘update’ dengan apa yang terjadi di sekitar, sehingga bisa jadi cemas atau bahkan kecewa ketika kita merasa tidak bisa mengikuti apa yang sedang tren. Ini menyebabkan kita merasa terisolasi, meskipun kita dikelilingi oleh banyak orang. Kesehatan mental bisa terganggu karena kita merasa tertekan dengan ekspektasi sosial yang kita rasakan melalui media sosial, dan itu bisa memicu kecemasan atau bahkan stres.
Menghadapi FOMO: Tips dari Pengalaman Pribadi
Jika kamu merasa fenomena FOMO ini mulai mengganggu, aku ingin berbagi beberapa cara yang aku coba untuk menghadapi perasaan ini. Pertama, aku mulai belajar untuk mengurangi konsumsi media sosial. Dulu, aku tidak pernah bisa tidur tanpa scroll Instagram atau Twitter, tapi sekarang aku coba buat batasan, misalnya nggak membuka aplikasi tersebut setelah jam 9 malam. Ini bukan cuma membantu aku tidur lebih nyenyak, tapi juga memberi waktu untuk diri sendiri tanpa merasa tertekan oleh apa yang orang lain lakukan.
Kedua, aku mulai fokus pada pencapaian kecil dalam hidup. Daripada merasa terintimidasi dengan pencapaian orang lain, aku lebih banyak merenung tentang apa yang telah aku capai. Ini bikin aku merasa lebih bersyukur dengan apa yang aku miliki, dan membantu menenangkan perasaan cemas yang timbul dari fenomena FOMO. Cobalah buat jurnal atau catatan harian tentang hal-hal kecil yang kamu syukuri. Itu bisa banget meredakan rasa kekurangan yang muncul akibat FOMO.
Dan terakhir, belajar untuk lebih ‘offline’. Aku tahu, terdengar klise, tapi ini cukup ampuh. Misalnya, saat bertemu teman, coba fokus pada momen tersebut tanpa memikirkan apa yang terjadi di dunia maya. Berbicara langsung, menikmati makanan bersama, atau sekadar berjalan-jalan tanpa harus mencari spot foto atau memposting setiap detik aktivitas. Ini membantu aku merasa lebih hadir, dan membuat FOMO semakin jauh.
Mengapa FOMO Menjadi Masalah di Era Digital?
Ada satu hal yang tidak bisa dipungkiri tentang fenomena FOMO, yaitu media sosial yang terus berkembang dengan pesat. Aplikasi seperti Instagram, TikTok, dan Facebook memudahkan kita untuk melihat apa yang orang lain lakukan setiap saat. Dulu, sebelum ada smartphone, kita hanya tahu apa yang teman-teman lakukan saat bertemu langsung atau melalui telepon. Sekarang, kita bisa tahu segalanya hanya dengan scroll beberapa kali.
Hal ini menciptakan ekspektasi yang tidak realistis. Setiap kali kita melihat teman-teman kita berlibur ke tempat indah, makan makanan mewah, atau menghadiri acara besar, kita merasa seperti kita tertinggal. Kita lupa bahwa media sosial hanya menampilkan highlight kehidupan orang-orang, bukan gambaran utuh dari kehidupan mereka. Terkadang, foto-foto yang diunggah bisa jadi sangat jauh dari kenyataan, dan itu menciptakan tekanan untuk ‘menyamai’ atau bahkan melampaui pencapaian mereka. Inilah yang menjadi akar dari fenomena FOMO.
Cara Mengurangi Pengaruh FOMO dalam Kehidupan Sehari-hari
Salah satu cara untuk melawan fenomena FOMO adalah dengan merubah perspektif kita terhadap media sosial. Daripada melihatnya sebagai alat untuk mengejar kesenangan atau validasi, coba lihat media sosial sebagai tempat untuk menemukan inspirasi dan koneksi. Tidak ada salahnya untuk mengikuti akun-akun yang memberi kamu energi positif, seperti akun yang fokus pada kesehatan mental, kreativitas, atau hobi yang kamu sukai.
Selain itu, cobalah untuk melakukan ‘digital detox’ sesekali. Beri waktu untuk diri sendiri tanpa gangguan dari dunia maya. Ini bisa jadi tantangan besar, terutama bagi mereka yang terbiasa update status setiap detik, tetapi sangat bermanfaat untuk kesehatan mental jangka panjang. Ketika kamu tidak merasa harus ‘terhubung’ setiap saat, perasaan FOMO yang datang secara alami akan berkurang.
Kesimpulan: FOMO dan Kesehatan Mental
Pada akhirnya, fenomena FOMO adalah hal yang sangat nyata di zaman ini. Tidak hanya sekadar rasa ingin tahu atau rasa ingin terlibat, tetapi lebih pada perasaan terisolasi atau tertinggal karena terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain. Seiring dengan dampak yang bisa terjadi pada kesehatan mental, seperti kecemasan dan stres, kita perlu lebih bijak dalam menghadapinya.
Dengan menetapkan batasan waktu untuk media sosial, berfokus pada pencapaian pribadi, dan belajar untuk lebih menikmati momen offline, kita bisa meminimalkan dampak negatif dari fenomena FOMO ini. Yang terpenting adalah selalu ingat bahwa hidup kita tidak harus mengikuti apa yang ditampilkan orang lain di media sosial. Kita semua punya perjalanan unik yang perlu kita syukuri. Jangan biarkan FOMO merusak keseimbangan mentalmu.
Baca Juga Artikel Ini: Gaya Rambut Pendek Sehat Berkilau